Macopat dalam bahasa madura dikenal dengan mamaca yang artinya menurut bahasa
adalah membaca. Sedangan pengertian secara istilah mamaca merupakan sebentuk
kegiatan membaca cerita teks dengan sebuah tembang-tembang. Adapun cerita teks
yang dibaca dengan tulisan arab melayu dan menggunakan bahasa jawa kraton,
sehingga kalau dibaca dalam perkumpulan atau pertunjukan harus diartikan (e tegges) supaya orang yang
mendengarkannya bisa mengerti dengan cerita yang dibacakan. Pembaca macopat
tersebut biasanya adalah seorang laki-laki.
Cerita yang sering dibaca seperti cerita Nabi Muhammad
sejak lahir sampai wafat dalam cerita teks hadits, perjalanan Muhammad
Rasulullah dalam israk mi’rad dalam cerita teks mi’rad, kisah anak muda dengan
ikan raja minah dalam cerita teks mursada, dan lain sebagainya. Cerita teks
macopat menggambarkan seorang tokoh teladan yang berjiwa baik agar bisa
dicontoh oleh masyarakat secar umum.
Macopat secara khakikatnya merupakan dakwah yang memiliki
unsur seni agar menjadi fleksibel masuk pada masyarakat. Karena masyarakat
secara keseluruhan suka terhadap unsur-unsur yang terkandung dalam seni.
Pertama kali macopat diciptakan oleh Sunan Kalijaga dengan cerita-cerita
mendidik yang dikemas dalam tembang-tembang yang indah, sehinggah banyak orang
tertarik untuk sekedar mendengarkan dan bahkan belajar macopat dengan makna
yang terkandung didalamnya. Oleh sebab itu banyak orang hindu budha masuk islam
karena memahami secara mendalam pesan yang disampaikan.
Lama-kelamaan dengan perantara macopat, umat islam
semakin bertambah banyak dan macopat mengalami peningkatan dengan munculnya
iringan musik-musik gamelan dan seruling.
Masuknya macopat ke Madura lama ketika para Sunan yang
sembilan sudah wafat semua dan orang madura kebanyakan sudah beragama islam.
Dengan perantara berdagang antara orang Madura dengan Jawa akhirnya orang
madura belajar dengan tujuan menjadi ajang silaturrahmi satu sama lain, tidak
tidur (tatang-ngen), tirakat, dan
lain sebagainya.
Ketika masuknya macopat ke Madura sudah tertulis diatas
kertas, tinggal orang-orang belajar membaca dan nembang tanpa harus menghafal
teks, sehingga dampaknya juga tak begitu baik. Sudah mulai menjadi hal langga
di Desa-desa saat sekarang ini orang mau belajar dan membaca macopat tersebut.
Tembang macopat/ mamaca madura terbagi menjadi dua bagian
dintaranya:
- Mamaca
tembangan
Merupakan
membaca cerita teks macopat dengan vokal tinggi, membutuhkan suara yang kuat
untu menembangkan dengan menarik-narik tembang dalam cerita tersebut dan
menggunakan iringan seruling beserta gamelan.
- Mamaca
kalenengan
Merupakan
pembacaan cerita teks macopat dan vokal yang bisa menyesuaikan dengan sendiri
suaranya. Tanpa di iringi musik-musik karena kalenengan cara membacanya tidak
di tarik seperti tembangan, sehingga akan rancu kedengaranca bila di iringi
musik.
Macopat terus mengalami perkembangan secara fositif
maupun negatif tetapi manusia cenderung
memandang sebelah mata suatu yang indah itu dianggapnya baik, padahal belum
tentu. Sama dengan macopat, dulu menjadi ajang unjuk kebolehan suara bagi
seorang laki-laki madura. Karena bila suara bagus yang jelas orang akan
terterik mendengarnya dan banyak orang-orang tua mau menjodohkan anaknya dengan
pemilik suara bagus itu. Dan bahkan lebih gilanya lagi tekadang orang yang
sudah punya suami dan anak bisa menjadi gila pada pemilik suara bagus pembaca
macopat itu.
Pernah di sebagian Kabupaten Sumenep Kecamatan Dungkek
Desa Lapataman belajar mamaca menjadi kewajiban kedua dari belajar ngaji
Al-Quran bagi pemuda Lapataman mamaca memang kewajiban yang harus di pelajari
dan pahami. Terlepas dari situ juga terkadang menjadi ajang kompetisi untuk
tampil dengan suara yang memukau semua orang lebih-lebih seorang wanita.
Tetapi sekarang menjadi hal yang sangat ironis di Madura
macopat hilang dengan dari kalangan anak muda bahkan juga orang tua, mungkin
sudah lebih menyukai tampilan-tampilan yang membodohkan tanpa ada proses
pembangunan diri.
Oleh : Dafikurrahman Mashor
Sumenep, 11 juli 1992
Budayawan, Seniman & Sastrawan
Oleh : Dafikurrahman Mashor
Sumenep, 11 juli 1992
Budayawan, Seniman & Sastrawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar