Jumat, 04 Mei 2012

Antologi Puisi Muzaik Dari Negeri Jiran (Popo 8)


Mimpi Bangsa Jalanan

Hari ini
Bergantilah pagi menjadi segumpal api
Yang kau biarkan membakar tubuh kami
Diantara jalanan dan trotoar-trotoar itu

Kamipun bergandeng tangan
Untuk tidak berpisah
Tegakkan keadilan dan hukum
Itulah mimpi kami

Meski bara api selalu orasi dalam perut
Dengan orator cacing-g-cacing tak berpendidikan
Seperti koruptor Indonesia

Malang_ Selasa, 09:13am. 17 Januari 2012


Pusar Kandang

Ladang dan sapi jadi harapan kami
Dalam pusaran hayati yang aku sendiri tidak mengerti
Bagaimana seharusnya hidup ini
Mungkinkah aku mati dengan mimpi-mimpi
Tanpa ada putusan pasti

Aku hanya menunggumu Tuhan
Karena manusia tak bisa ku harapkan
Untuk sekedar minta pertolongan

Dan kamarin pula
Ada kabar dari desa
Sapiku mati, ladangku disita
Sebab tak bayar pajak beberapa lamanya

Malang_ Selasa, 09:33am. 17 Januari 2012


Ayah Kita

Mari kita jumpa lagi ayah
Seketika berpisah beberapa tahun lamanya
Untuk sekedar kehidupan bangsa
Lewat anakmu
Dengan mimpi bukit tinggi di pundaknya

Malang_ Selasa, 09:45am. 17 Januari 2012


Harap

Dalam pekikan mimpi
Tengadahlah aku kelangit tinggi
Mencoba ratapi warna seri
Dengan jutaan bintang yang lama mendahului
Bersama sajak, cerita, dan intuisi

Malang_ Selasa, 09:59am. 17 Januari 2012
  

Untuk Ayah

Dengan nafasmu kau berikan cinta padaku
Lewat raga dan jiwa
Saat ku kabarkan
Seekor burung akan terbang menggapai bintang
Dan membawaku jauh ke sebrang
Dengan sebuah sajak
Yang akan ku bacakan untukmu bila kau telah kembali

Malang_ Selasa, 02:51pm. 17 Januari 2012


Semua Ayah

Bukan pelangi yang indah bila ku pandang
Tanpa ayah mengajariku keindahan

Bukan manisnya gula yang ku rasakan
Sebelum ayah munyuapiku manisan

Bukan indonesia negaraku
Seandainya ayah tak mengajariku ke negaraan

Karena ayahlah semuanya
Aku bisa memandang ke depan dan belakang

Malang_ Selasa, 03:00pm. 17 Januari 2012


Ayah Dewa

Terimah kasih ayah
Dengan jiwamu yang separuh dewa
Aku  bisa berkaca

Malang_ Selasa, 03:06pm. 17 Januari 2012


Hampa

Menunggu hari yang sepi
Dalam tempurung durja
Tanpa datangnya seorang raja
Pada tahun-tahun yang sungsang

Malang_ Selasa, 07:00pm. 17 Januari 2012


Kerajaan Yang Terpendam

Kerajaan yang terpendam adalah sukmaku
Mengisi ruas hampa diantara ruang sunyi
Aku dan mereka memulai hidup baru
Saat saudara memilih mati dari pada hidup tak berarti

Dan kita akan buang semua tinja
Pada hidup yang hanya sementara
Tak ubahnya dengan neraka

Satu titik tujuan menjadi harapan besar untuk rovolusi.

Mari tengadah muka keatas sana
Sebagai upacara terakhir di penghujung zaman
Ketika lentera berganti purnama pada bar-bar surga ijajil

Malang_ Selasa, 07:17pm. 17 Januari 2012


Paradok

Bukan negara yang menjamin kau masuk surga
Karena negara kita tak ubahnya dengan dajjal laknatullah

Sepiring roti di tangan kanannya
Dan pedang di tangan kirinya
Siapa yang mau, dia akan jadi pengikutnya
Yang tidak mau neraka baginya

Malang_ Selasa, 07:26pm. 17 Januari 2012



Oleh: Dafikurrahman Mashor
Sumenep, 11 Juli 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar