Seorang laki-laki tua
muncul dari arah penonton, berteriak, dengan langkah yang tertatih-tatih,
memegang sebuah senter di tangan kirinya.
Laki-laki tua :
“Boris... boris... dimana engkau. Boris.”
Laki-laki itu melangkah
melewati penonton menuju pentas dan menyenter-nyenter arah, mencari anaknya
boris.
Laki-laki tua :
“Dimana engkau anakku... boris...”
Rupanya laki-laki itu
sedang terbangun dari tidur yang cukup panjang. Lalu dia duduk diatas sebuah
kursi dengan memanggil nama boris.
Laki-laki
tua : “Kemana engkau boris. Kenapa
engkau tinggalkan ayahmu ini sendirian dalam gudang yang gelap. Apakah engkau
mau membunuhku dengan cara menyiksa seperti ini. sudah hampir satu minggu aku
tertidur dalam gudang yang gelap.”
Laki-laki
tua : “Pertiwi... engkau juga kemana
pertiwi... mengapa engkau tega tinggalkan suamimu ini. aku tidak habis fikir
mereka berdua kemana. Istrik dan anak sama-sama bangsat.”
Laki-laki tua itu
tampak merasa ada yang mengganjal pada kursi yang didudukinya, merabahnya. Lulu
dia menemukan surat yang isinya adalah menyatakan istrinya sengaja mengurungnya
di gudang yang gelap.
Laki-laki
tua : “Brengsek... istriku yang sengaja
mengurungku di dalam gudang karena alasan dia ingin aku tidak selalu
berjalan-jalan.”
Laki-laki
tua : “Pertiwi... engkau sangat kejam
pertiwi. Dulu semenjak aku pertama kawin denganmu engkau selalu menyatakan
sebuah cinta yang begitu romantis, meski engkau memang lebih muda jauh dariku.
Tapi sering aku tanya sebelum pertiwi benar-benar mau mengambil keputusan kawin
denganku. Apakah engkau mau kawin dengan seorang yang sepuluh tahun lebih tua
darimu?, dengan senyumnya yang manis dia mengatakan cintaku tidak memandang
umur karena engkau adalah laki-laki pertama yang membuat aku merasa bahagia.”
Laki-laki
tua : “Tapi sekarang kemana dia.
Sungguh tega meningurungku dalam gudang gelap. Setelah aku jual semua sawah di
kampung untuk beli rumah yang besar hanya untuk pertiwi.”
Laki-laki
tua : “Saudara. Rupanya tidak ada orang
yang lebih teraniaya dan tertipu sepertiku, aku ditipu oleh kecantikan
perempuan mudah yang hanya mencintaiku gara-gara harta.”
Laki-laki
tua : “Saudara. Pada saat malam kira
jam sebelasan. Istriku datang dengan membuka pintu belakang. Disangkanya
mungkin aku masih ada di gudang gelap itu. Dia membuka pintu belakang dan
langsung menuju gudang.”
Laki-laki
tua : “Pelan-pelan aku ikuti garak
geriknya dari belakang, kemudian aku muncul seketika didepannya.”
Laki-laki
tua : “Ooo... emas. Sudah bangun.
Gimana tidurnya, enak, pasti mimpi indah kan Seakan-akan menanyakanku tanpa
beban sedikitpun.”
Laki-laki
tua : “Aku hanya terdiam menyaksikannya
dengan rambut acak-acakan dan bau alkohol dari mulutnya.”
Laki-laki
tua : “Darahku mulai memanas, tanganku
gemetar ingin mencabik-cabik tubuhnya yang sudah pasti di nikmati banyak
laki-laki semenjak aku tertidur dalam gudang itu.”
Laki-laki
tua : “Dengan entengnya dia mengatakan
mohon maaf mas aku kemarin kebanyakan kasik obat tidur.”
Laki-laki
tua : “Dengan amarah yang tak bisa
kutahan ku ambil pisau lalu aku tusuk pertiwi dari belakang.”
Laki-laki tua :
“Ahhh... suara itu yang keluar dari mulut terakhirnya.”
Laki-laki
tua : “Pada saat itu boris anakku juga
datang dan berteriak minta tolong. Dengan spontan aku alihkan pisah itu ke
perut boris. Darah mengalir di ruang tengah istriku pertiwi dan boris anakku,
aku bunuh dengan tanganku ini.”
Laki-laki
tua : “Boris. Boris anakku kenapa
engakau berteriak minta tolong. Seandainya engkau tidak berteriak mungkin aku
tidak membunuhmu anakku. Kenapa engkau berteriak, ibumu memang pantas untuk
mati.”
Laki-laki
tua : “Pada malam itulah aku merasa
kalau aku ini tidak pantas lagi hidup di dunia. Kata orang-orang aku gila. Aku
berusaha ingin bunuh diri tapi ternyata tidak bisa. Boris datang kepadaku
dengan membawa segelas kopi hangat dan sebatang rokok.”
Oleh : Dafikurrahman Mashor
Malang_ Rabu, 21:55. 28 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar