Kamis, 03 Mei 2012

Naskah Monolog (Sebuah Konsep) Angin Surga Dini Hari



Seorang laki-laki tua muncul dari arah penonton, berteriak, dengan langkah yang tertatih-tatih, memegang sebuah senter di tangan kirinya.
Laki-laki tua    : “Boris... boris... dimana engkau. Boris.”
Laki-laki itu melangkah melewati penonton menuju pentas dan menyenter-nyenter arah, mencari anaknya boris.
Laki-laki tua    : “Dimana engkau anakku... boris...”
Rupanya laki-laki itu sedang terbangun dari tidur yang cukup panjang. Lalu dia duduk diatas sebuah kursi dengan memanggil nama boris.
Laki-laki tua    : “Kemana engkau boris. Kenapa engkau tinggalkan ayahmu ini sendirian dalam gudang yang gelap. Apakah engkau mau membunuhku dengan cara menyiksa seperti ini. sudah hampir satu minggu aku tertidur dalam gudang yang gelap.”
Laki-laki tua    : “Pertiwi... engkau juga kemana pertiwi... mengapa engkau tega tinggalkan suamimu ini. aku tidak habis fikir mereka berdua kemana. Istrik dan anak sama-sama bangsat.”

Laki-laki tua itu tampak merasa ada yang mengganjal pada kursi yang didudukinya, merabahnya. Lulu dia menemukan surat yang isinya adalah menyatakan istrinya sengaja mengurungnya di gudang yang gelap.
Laki-laki tua    : “Brengsek... istriku yang sengaja mengurungku di dalam gudang karena alasan dia ingin aku tidak selalu berjalan-jalan.”
Laki-laki tua    : “Pertiwi... engkau sangat kejam pertiwi. Dulu semenjak aku pertama kawin denganmu engkau selalu menyatakan sebuah cinta yang begitu romantis, meski engkau memang lebih muda jauh dariku. Tapi sering aku tanya sebelum pertiwi benar-benar mau mengambil keputusan kawin denganku. Apakah engkau mau kawin dengan seorang yang sepuluh tahun lebih tua darimu?, dengan senyumnya yang manis dia mengatakan cintaku tidak memandang umur karena engkau adalah laki-laki pertama yang membuat aku merasa bahagia.”
Laki-laki tua    : “Tapi sekarang kemana dia. Sungguh tega meningurungku dalam gudang gelap. Setelah aku jual semua sawah di kampung untuk beli rumah yang besar hanya untuk pertiwi.”
Laki-laki tua    : “Saudara. Rupanya tidak ada orang yang lebih teraniaya dan tertipu sepertiku, aku ditipu oleh kecantikan perempuan mudah yang hanya mencintaiku gara-gara harta.”
Laki-laki tua    : “Saudara. Pada saat malam kira jam sebelasan. Istriku datang dengan membuka pintu belakang. Disangkanya mungkin aku masih ada di gudang gelap itu. Dia membuka pintu belakang dan langsung menuju gudang.”
Laki-laki tua    : “Pelan-pelan aku ikuti garak geriknya dari belakang, kemudian aku muncul seketika didepannya.”
Laki-laki tua    : “Ooo... emas. Sudah bangun. Gimana tidurnya, enak, pasti mimpi indah kan Seakan-akan menanyakanku tanpa beban sedikitpun.”
Laki-laki tua    : “Aku hanya terdiam menyaksikannya dengan rambut acak-acakan dan bau alkohol dari mulutnya.”
Laki-laki tua    : “Darahku mulai memanas, tanganku gemetar ingin mencabik-cabik tubuhnya yang sudah pasti di nikmati banyak laki-laki semenjak aku tertidur dalam gudang itu.”
Laki-laki tua    : “Dengan entengnya dia mengatakan mohon maaf mas aku kemarin kebanyakan kasik obat tidur.”
Laki-laki tua    : “Dengan amarah yang tak bisa kutahan ku ambil pisau lalu aku tusuk pertiwi dari belakang.”
Laki-laki tua    : “Ahhh... suara itu yang keluar dari mulut terakhirnya.”
Laki-laki tua    : “Pada saat itu boris anakku juga datang dan berteriak minta tolong. Dengan spontan aku alihkan pisah itu ke perut boris. Darah mengalir di ruang tengah istriku pertiwi dan boris anakku, aku bunuh dengan tanganku ini.”
Laki-laki tua    : “Boris. Boris anakku kenapa engakau berteriak minta tolong. Seandainya engkau tidak berteriak mungkin aku tidak membunuhmu anakku. Kenapa engkau berteriak, ibumu memang pantas untuk mati.”
Laki-laki tua    : “Pada malam itulah aku merasa kalau aku ini tidak pantas lagi hidup di dunia. Kata orang-orang aku gila. Aku berusaha ingin bunuh diri tapi ternyata tidak bisa. Boris datang kepadaku dengan membawa segelas kopi hangat dan sebatang rokok.”



Oleh : Dafikurrahman Mashor
Malang_ Rabu, 21:55. 28 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar