Penari
Botol bir
Menari disekian gelap yang bising
Antara neraka berbantal surga
Berbatas ruang yang pengap
Seperti gelembung perlindungan isroil
Aku terpesona pada rona tarian itu
Melanglang si bayi kecil dari dada
Menyesaksakkan sejuta senyum.
Malang_ Minggu, 08 April 2012
Antara
Persimpangan Jalan
Bulan tak lagi sahabatku di malam itu
Semenjak pualam jatuh pada sketsa senyap
Seperti awan menyiratkan beberapa tanya
Hidup ini untuk siapa?
Malang_ Minggu, 08 April 2012
Nyanyian
Burung Di Antara Ruas Botol Bir
Dan tak akan ada mereka
Selepas subuh menuai haru
Seperti malam itu
Kita berdiri di sini menunggu kabut
Datang menjemput luka
Berlindung di bawah pohon jambu
Agar malaikat tak tega mengganggu.
Lalu kita bunuh saja malaikat itu.
Malang_ Minggu, 08 April 2012
Kematian
Sampah
Melupakan sejenak ayah dan bunda
Saat serpihan debu menuai kalbu
Kita mesti tanyakan
Kembang di kamar untuk apa?
Untuk kematian kitakah?
Atau selamatankah?
Bendera kuning terpampang di depan rumah
Hujan pagi mengundang gema yasin
Orang-orang mempersiapkan sapu tangan
Untuk tangisan yang mengenaskan.
Kita tersenyum melihatnya
Memandang arah eksotis mengharukan itu.
sejak kematian dan neraka jadi tawa
Ambil
pengeras suara
Umumkan
pada orang-orang
“Kematian itu sebenarnya tak ada
Hahaha...
Ya, kematian itu tidak ada
Itu hanya ilusi belaka.”
Sajak itu telah terbaca pada selepas sukma
Kita sendiri terdiam berdiri pada trotoar tinja
Lalu kembali ke rumah
Dan sejenak mata memandang langit yang tak lagi
terang
Tangisan berderai dari air mata bunda
Ayahpun mengusap segenap luka
Engkau mulai dimasukkan ke dalam geranda
Orang terdekat dan tercinta mulai mengucap duka cita
Dan perlahan mereka mulai melupakan kita
Seakan dalam hidupnya aku dan engkau tak pernah
singgah.
Malang_ Minggu, 08 April 2012
Nasehat
Buta
Mari kita pulang ke arah surga
Mengingat mega telah singgah
Pada ruang dan tahtanya
Karena sebentar lagi terik mentari akan berpisah
Kemudian di sana neraka menunggu kita
Malang_ Minggu, 08 April 2012
Penghasut Haru
Epesode malam terulang kembali
Di altar kepingan mimpi
Tentang cinta perempuan Sumba
Yang menyesakkan beribu tanya
?
Kuda
timur bukanlah kerapan sapi
Yang
raib pembakar janji.
Kemudian aku mencoba bersua kembali
Menghapus jejak kuasa Ilahi.
Dan membabtis cinta jadi sate
Lalu ku santap dengan duri-duri
Agar ku tenang tidur nanti
Bersama kembang setaman sang bidadari
Malang_ Minggu, 08 April 2012
Oleh: Dafikurrahman Mashor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar