Senin, 21 Mei 2012

Antologi Puisi Puisi Harian Sunyi (Bab 5)


Penari Botol bir

Menari disekian gelap yang bising
Antara neraka berbantal surga

Berbatas ruang yang pengap
Seperti gelembung perlindungan isroil

Aku terpesona pada rona tarian itu
Melanglang si bayi kecil dari dada
Menyesaksakkan sejuta senyum.


Malang_ Minggu, 08 April 2012



Antara Persimpangan Jalan

Bulan tak lagi sahabatku di malam itu
Semenjak pualam jatuh pada sketsa senyap
Seperti awan menyiratkan beberapa tanya
Hidup ini untuk siapa?

Malang_ Minggu, 08 April 2012 


Nyanyian Burung Di Antara Ruas Botol Bir

Dan tak akan ada mereka
Selepas subuh menuai haru
Seperti malam itu

Kita berdiri di sini menunggu kabut
Datang menjemput luka
Berlindung di bawah pohon jambu
Agar malaikat tak tega mengganggu.

Lalu kita bunuh saja malaikat itu.

Malang_ Minggu, 08 April 2012 



Kematian Sampah

Melupakan sejenak ayah dan bunda
Saat serpihan debu menuai kalbu

Kita mesti tanyakan
Kembang di kamar untuk apa?
Untuk kematian kitakah?
Atau selamatankah?

Bendera kuning terpampang di depan rumah
Hujan pagi mengundang gema yasin
Orang-orang mempersiapkan sapu tangan
Untuk tangisan yang mengenaskan.

Kita tersenyum melihatnya
Memandang arah eksotis mengharukan itu.
sejak kematian dan neraka jadi tawa

Ambil pengeras suara
Umumkan pada orang-orang

“Kematian itu sebenarnya tak ada
Hahaha...
Ya, kematian itu tidak ada
Itu hanya ilusi belaka.”

Sajak itu telah terbaca pada selepas sukma
Kita sendiri terdiam berdiri pada trotoar tinja
Lalu kembali ke rumah

Dan sejenak mata memandang langit yang tak lagi terang
Tangisan berderai dari air mata  bunda
Ayahpun mengusap segenap luka
Engkau mulai dimasukkan ke dalam geranda
Orang terdekat dan tercinta mulai mengucap duka cita
Dan perlahan mereka mulai melupakan kita
Seakan dalam hidupnya aku dan engkau tak pernah singgah.

Malang_ Minggu, 08 April 2012


Nasehat Buta

Mari kita pulang ke arah surga
Mengingat mega telah singgah
Pada ruang dan tahtanya

Karena sebentar lagi terik mentari akan berpisah

Kemudian di sana neraka menunggu kita

Malang_ Minggu, 08 April 2012


Penghasut Haru

Epesode malam terulang kembali
Di altar kepingan mimpi
Tentang cinta perempuan Sumba
Yang menyesakkan beribu tanya
?
Kuda timur bukanlah kerapan sapi
Yang raib pembakar janji.

Kemudian aku mencoba bersua kembali
Menghapus jejak kuasa Ilahi.
Dan membabtis cinta jadi sate
Lalu ku santap dengan duri-duri
Agar ku tenang tidur nanti
Bersama kembang setaman sang bidadari

Malang_ Minggu, 08 April 2012


Oleh: Dafikurrahman Mashor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar