cerpen
adalah sebuah cerita pendek yang di ikuti oleh berbagai unsur di dalam atau di
luar, tetapi dalam kependean cerpen tersebut bukan semata cerpen itu hanya
sebagai suatu hal sederhana kalau dipandang secara isi, cerpen merupan cerita
pendek tetapi mempunyai keluasan dalam kaitannya dengan suatu kebenaran yang
ada dalam kehidupan manusia. Maka cerpenpun juga bisa muncul dari fakta sosial
yang diiringi dengan suatu stalistika yang unik sehingga pembaca harus
benar-benar memikirkan bagaimana pesan yang ada dalam cerpen tersebut.
cerpen
bisa dibaca hanya sekali duduk, karena jumlah kata-kata yang ada memang tidak
terlau banyak sehingga memunculkan konflik baru itu tidak ada dalam cerpen,
tetapi jangan dianggap remeh, hanya cerpen, tidak perlu pemahaman yang
mengkerutkan dahi. Hal itu sangat bertolak belakang karena maskipun secara isi
minim tetapi pemaknaan dalam suatu cerpen tidak seminim atau sesederhana
kata-katanya.
Lantas
kalau dalam membaca kita harus benar-benar paham, bagaimana cara membuat suatu
cerpen tersebut sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dengan
suatu kesubjektifan pembaca yang tidak keluar dari sifat keunikan, kebenran,
dan keindahan.
Maka
dari itu, ada beberapa hal yang harus di lakukan oleh calon cerpenis bagaimana
mencari suatu ide dalam proses pembuatan cerpen diantaranya:
1.
Membaca
Seseorang
cerpenis dalam proses mencari ide harus tidak lepas dari buku artinya seorang
calon cerpenis harus mampu mengungkapkan segala hal, tidak lepas dari suatu
referensi untuk suatu kebenaran yang objektif, terlepas dari sifat sebuah karya
sastra atau cerpen mempunyai sifat ke subjektifan dalam mengambil suatu
konflik. Dan dalam kreatifitasnya ini seorang pengarang terkenl Nh. Dini
menggunakan proses membaca untuk menghasilkan sebuah cerpen. Baberapa kegunaan
calon cerpenis dalam membaca:
a. Sebagai
referensi
Membuat cerpen itu sama
halnya dengan membuat suatu kue, dalam membuat kue seseorang perlu mencari
resep untuk hasil masan yang sempurnah dan enak disajikan, oleh kerena itu
seorang calon cerpenis juga butuh suatu referinsi untuk membuat cerpen yang
mempunyai sifat kefleksibelitasan kepada semua kalangan.
b. Sebagai
penambah perbendaharaan kata
Seorang pengarang pemula
biasanya mempunyai kesulitan dalam menyampaikan dan apalagi menuliskan ke dalam
bentuk tulisan, maka penting kiranya dalam kaitannya dengan proses untuk
membaca agar kata-kata yang berbentuk kalimat dalam sebuah cerpen tidak hanya
sebatas kata-kata yang berdiri tanpa mempunyai jiwa dan ruh yang pada
gilirannya munculla suatu kebenaran dan keestetikaan cerpen.
c. Mengetahui
stilistika cerpenis lain
Dalam membuat suatu
cerpen seorang pengarang tidak boleh egois, hal ini sering kita jumpai pada
pengarang pemula atau bahkan pengarang yang sudah banyak menghasilkan cerpen
sering melakukan tindakan egoisme tidak mau tahu dengan pengarang lain,
sehingga hasilnya adalah sebuah kebenaran individu yang tidak diterima pada
sosial kesusastraan dan seluruh masyarakat secara umum.
Lalu kalau kita sebagai
pengarang tidak diakui karya kita, maka yang jelas harus memilih menjadi bukan
pengarang, karena subtansi dari seorang pengarang harus menghasilkan beberapa
karya.
2.
Rekreasi
Rekreasi
dalam kaitannya dengan karya sastra merupan suatu pencarian ide yang sangat
ringan dibandingkan dengan yang lain, oleh karena dalam rekreasi kita menemukan
ide secara tiba-tiba, contohnya seperti Budi Darma dalam membuat cerpen sering
kali menemukan suatu ide ketika dia sedang jalan-jalan atau lagi refreshing. Banyak cerpen-cerpennya
muncul dari proses rekreasi ini.
3.
Meneliti Objek
Sebagai
seorang pengarang kita jangan terlalu instan dalam menghadapi objek yang ingin
kita angkat menjadi suatu tema, karena keinstanan tersebutmenjadikan sebuah karangan
layaknya pohon yang tak memiliki daun dan rerantingan, sehingga tidak ada
keindahan atau keteduhan di dekatnya dan membuat orang-orang pergi
meninggalkannya.
Dalam
penelitian objek ini akan lebih baik hasilnya jika seorang pengarang merasakan
sndiri peran dalam sehari-hari objek yang ingin dimunculkan, seumpama kita mau
menulis cerpen tentang penderitaan seorang pengemis dijalanan, maka kita
sedikitnya pernah elihat dan lebih-lebih dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh pengemis tersebut.
Jadi,
hasil dari penilitian objek dan bahkan kita bisa merasakan sendiri apa yang
dirasakan mereka kemudian dikarang mencadi cerpen, maka cerpen tersebut akan
benar-benar mengguga dan tidak kering suatu pemahaman karena peristiwa tersebut
kita pernah merasakan sendiri. Ada juga kegunaan dalam melakukan proses
penelitian objek ini diantaranya:
a. Membuat
cerpen berjiwa
Jiwa atau ruh dalam
cerpen itu penting karena dari kata-katanya yang minim harus memunculkan suatu
pemaknaan yang luas dan mempunyai pesan yang dalam dan bisa membuat pembaca
merasakan peristiwa yang ada di dalam cerpen tersebut.
a. Terbiasa
empiris
Karya sastra dalam hal
ini cerpen merupakan peristiwa fiktif yang barang tentu dipolesi dengan
berbagai suatu yang imajinatif untuk keestetikaan dan keunikan sehingga asyik
dibaca tetapi mempunyai kedalaman makna.
Selain fiktif perlu
kiranya sebuah cerpen itu adalah fakta yang terjadi dalam kehidupan dan
diangkat dengan stilistika yang mempengaruhi pembaca dengan suatu
imajinasi-imajinasi tertentu sesuai dengan gaya penulis.
b. Melatih
diri
Pengarang dalam proses
ini juga harus melatih diri bagaimana menjadi tokoh tertindas dalam karyanya
sendiri untuk menghasilkan cerpen berjiwa dan terbiasa empiris.
Karena kehidupan
seorang pengarang merupakan kehidupan global atau universal dalam artian secara
pergaulan dan pengetahuan. Maka banyak yang menyebutkan seorang pengarang itu
gila. Benar, tidak salah karena pengarang memang harus gila untuk mencapai
suatu kesuksesan tertentu. Tetapi gilanya seorang pengarang harus mempunyai
konsep dan tujuan, bukan semata-mata pakain compang campik, tidak mandi, dan
sebagainya. Lalu kering dengan proses, konsep, dan tujuan.
Oleh: Dafikurrahman Mashor
Lahir di Sumenep, 11 Juli 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar