Seorang mahasiswa
tidak bisa lepas dari tuntutan menulis.
Jadi, kita sebagai seorang mahasiswa yang bukan hanya sebagai pengakuan saja
tentunya harus menyadari kalau menulis itu sangat penting, karena mahasiswa dan
menulis layaknya rumah dengan atapnya, tadak mungkin kita mengtakan itu rumah
tan atap, begitu pula atapnya. Maka dari itu kita jangan bangga dulu dikatakan
mahasiswa oleh orang lain, sebulum kita memberi atap terhadap diri kita
sendiri.
Lalu kita renungkan
bersama berapa karya yang kita tulis. Atau jangan-jangan kita tidak pernah
membaca sama sekali karya orang lain, lantas bagaimana kita menulis kalau kita
sendiri tidak pernah membaca, karena membaca adalah guru darimenulis. Tidak ada
orang yang pandai sebulum dia mau membaca atau berguru
Satu hal yang dapat
saya ingat, suatu cerita masa lalu yang tak mungkin saya lupakan sepanjang
hidup karena cerita ini selalu memberi inspirasi bagi saya untuk selalu
menulis. Suatu cerita bagaimana saya ingin senang membaca dan bisa menulis
seperti penulis bdsar nasional bahkan internasional, dan hal ini memunculkan
ide untuk membuat puisi:
HUJAN DI PEDESAAN
(pada
bintang di langit sana)
Hujan
di pedesaan...
Mengantarkanku pergi jauh kearah utara
Melukis
cinta diantara wajahku
Mengejar
ombak dan burung cicit itu.
Hujan
di pedesaan...
Ingin
kutulis seperti puisi
Meski
darahku tak sebiruh tinta dewa.
Pernyataan
yang sering kita jumpai di kalangan kita mahasiswa adalah “saya tidak bisa
menulis karna tidak mempunyai bakat menulis!” pernyataan itu salah, karena
menulis bukan muncul dari bakat. Jiwa kepenulisan kita muncul dari sejauh mana
kita berusaha.
Kalau seandainya semua
orang atau mahasiswa berpandangan seperti kita, saya yakin tidak akan ada
sebuah tulisan. Tulisan-tulisan yang bermunculan di depan kita itu bukan
berarti instan langsung jadi, tulisan itu juga sering ditolak dosen atau penerbit melewati proses yang sangat
panjang sehingga terkadang muncullah rasa malas, psimis, dan tak bergairah lagi
untuk menulis. Itulah kendala yang pasti akan dialami seorang penulis. Hal
itulah yang harus kita lawan dan perangi.
Bagaimana cara
memeranginya?, saya mempunyai tawaran yang mungkinkegiatan ini pernah saya
lakukan sendiri maskipun sebenarnya saya masih belum bisa menulis dengan baik,
minimal kita belajar dan berusaha bukan!.
Pertama,
membaca buku untuk dijadikan bahan referensi untuk menulis, sebelum tidur dan
sesudah bangun tidur minimal 30 menit, karena pada saat itulah otak kita akan
menangkap isi bacaan lebih banyak dibandingkan waktu-waktu yang lain, sebelum
tidur merupakan waktu yang memang tidak ada pekerjaan atau aktifitas lagi yang
yang harus kita lakukan sehingga otak kita akan menangkap informasi atau
pengetahuan lebih gampang untuk mengingat seterusnya, dan sesudah bangun tidur
otak kita dalam keadaan fres sehingga juga gampang untuk menerimanya. Tetapi
bukan berarti sesudah itu kita tidak membaca, kita harus membaca lagi untuk
memperkaya pengetahuan dan perbendaharaan kata dalam menulis. Dalam satu hari
kita membaca buku harus delapan jam kalau mampu, kalau tidak mampu lima jam,
itupun waktu yang seharusnya digunakan untuk anak SD-SMP. Jadi kalau tidak
mampu lima jam mari kita bersama-sama turun lagi ke SD.
Kedua,
buatlah buku harian agar menjadi teman curhat kita. Semua peristiwa yang kita
kerjakan pada hari itu, kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Mulai dari bangun
tidur sampai tidur lagi catatlah yang kita ingat di buku itu. Dan janganlah
menulis buku harian kita dilain waktu tersebut, karena membuat kita tumpul
untuk mengingat peristiwa yang kita kerjakan sebelumnya.
Ketiga,
mulailah
menulis apa yang kita rasakan seperti pada buku harian kita, tetapi mulai
bentuk sebuah puisi, cerpen, artikel dan lain sebagainya untuk mengasa sampai
dimana kita mampu menulis seperi tulisan orang lain yang sering kita baca.
Dalam menulis adakalanya kita harus dipaksa agar bisa dan adakalanya pula
tergantung mod, tetapi kebanyakan penulis untuk menulis tergantung mod. Itu
berlaku pada penulis yang sudah punya nama. Sedangkan kita yang masih pemula
belajar menulis haru ada tuntutan dan konsekwensi, kita harus membuat jadwal
tiap hari untuk menulis kalau seumpama jadwal itu kita langgar dalam satu hari
kita biasanya menghasilkan dua puisi, satu cerpen dan satu lagi artikel atau
esai. Kita harus menghukum diri untuk menulis lebih banyak dari jadwal tiap
harinya.
Oleh: Dafikurrahman Mashor
Lahir di Sumenep, 11 Juli 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar