A
segenggam
mirah bunga di depan rumahku
menjadikan
aku terbalik dari tidur lelep itu.
Seutas
wajah seakan memanggilku,
Mengajakku:
Bermain
Begoyang
Dan
bedansa
Tapi
sayang …!
Semua
itu alfa sandiwara.
29
desember 2007
BULAN CINTA MUSIM
KELABU
Bulan
cinta musim kelabu
Hujan
deras di bawah bambu
Hati
sakit terasa ngilu
Disayat
angin sembilu.
Aku
bernaung di bawah bambu.
(Hilang dalam berdusta
Berkorban demi cinta
Sakit remuk sepanjang
masa
Sebab luka mencari asa)
Menyusuri
dunia penuh duri
Yang
ada di dalam mimpi.
Malang Rabu 26 mei 2011 .
12:58
PEREMPUAN BERMATA
PELANGI
Katakanlah
bahwa kau adalah juita
Yang
datang menemui duda
Kemudian
pergi menjadi janda
Apa-apaan……!
Hidup sekarrang ini
Manusia
tidak pakai nurani
Ngakunya
orang islami
Kecantikan
dituka dengan air mani
Selasa 09:39 pm
26.01.2010
TERJEMAHAN HATI
Satu
hari sudah kita lewati
Peperangan
panjang tanpa henti
yang
lama aku tungguhi
Di
beranda rumah_Mu kian menjadi saksi
Pada
titik gelap bermuara hati
Rinduku
pada_Mu takkan mati
Karena
peperangan tak berarti
Saat
hari gelap sekali
Tapi…!
Kalau
boleh aku minta satu lagi
Izinkan
ku kembali
Pada
jalan yang dulu pernah ku lewati.
Meski
aku tidak sopan menerjemahkan hati lewat puisi
Rabu 02:22pm. 31 maret
2010
Serambi surau (malam
un)
INI AKU DATANG KEMBALI
Pada
dataran lembah yang sunyi
Aku
ziarahi wajahmu yang lebam beberapa abad yang lalu.
Lampu
pijar terus terus bergoyang di antara gubuk-gubuk bambu.
Sementara
aku,
Mencoba
menabur kembang kamboja di setiap helai tubuhmu.
“Ini
aku datang kembali”
Membawah
sebongkah janji
Untuk
kau pesan nanti.
Rabu 26 mei 2011
TITIPMU
Siapa yang mau jadi
kekasih_
harus dinikmati.
Semuanya akan seperti
itu nanti.
Dan akhirnya juga akan
mati.
”Dia bilang mau kawin
Umurnya
masih mudah
Tak
punya uang beli maskawin
Nangis
saja pada orang tua.
Bagi
yang sudah kawin atau punya anak
Tingkahmu
jangan seperti anak mudah
Beri
uang istrimu untuk menanak
Kau
harus pulang kerumah juga”
Malang Rabu 26 mei 2011 . 01:48
Diana
Aku ingin kenalan dengan wanita itu benama diana
Senyum pulas dalam kacamatanya
Menuntutku untuk sekedar singga di hatinya
Pada tangga kedua bulan ketiga 2010
Ada telaga madu di bibirnya
bergambar kupu-kupu terbang
hinggap di dahinya
seperti taman tertoreh ilalang pada rumput yang bergoyang
lihatlah disana...
tangisan mendung masih menyaksikan kebersamaan kita
cahaya adalah kenangan masa lalau
dan aku yakin,
pertemuan ini merupakan awal dari keabadian
untuk kita nikmati bersama anak dan cucu-cucu
Diana...
Kalau berlebihan ku ucap ma`af
Bukan aku sengaja menanam rindu pada pujangga membawa api
Dan kalau tidak suka buanglah
anggaplah hanya pelipur lara
Tapi kenyataannya memang seperti itu Diana
Aku tidak bisa berbohong kepada hati’
Karena hati telah memerintahkanku bergerak bebas entah
kemana
Dan karena hati pula aku encintaimu.
Rabu. 02:41
pm. 31 maret 2010
Kamar A-10
Durma 1
Bicarakan negeri hilang
dalam bunga
Landa
datang membawa angin kefakiran
Burung-burung
pergi dari kebahagian
Laut
surut dengan tangisan ikan di dalamnya
Membawa
surat
Tentang
kabar kesedihan semua orang
Mereka
berguling di antara comberan rawa-rawa
Tapi
penuh makna dengan titik gelap
Karena mereka
juga manusia
Selasa 02:41pm. 30
maret 2010 (di ranjang tua)
Durma 2
Pacuan
senja sore hari
Meraibkan
pijar api di atas sepiring kepala
Rambutpun
juga ikut enggan untuk menanam asa di negeri sebelah
Perasangkah
melangkah terhijab ragu pada kantongnya
Karena
suara menyelinap ke telinganya_
”Rupanya ada arit
bertitik bawah”
Aksian.
Anak malang tak punya bunda
Menanti
seseorang membawa seteguk ke hidupan
“itu persembahan Tuhan…!”
Karena
anak kecil, besar syafaatnya.
Malam rabu 10:19pm. 31
maret 2010
(di ranjang tua)
Durma 3
suara tetap suara
para
perempuan telah pegi ke negeri sebelah
sebuah
rindu usai berganti tahtah
seorang
laki juga relakan sang perempuannya:
naiki
kuda
naiki
kaki
naiki
lutut
naiki
tongkat
naiki
angin, kemudian jatuh
Bila kita ziarahi
tubuhnya
Memegang
selasi duka cita
Di
antara pertemuan sayup rasa menjadi masakat
Dan
pada jalanan tandus yang di laluinya
Menyiratkan
sejuta mimpi.
Mereka
yakin:
“lidih akan tumbuh bila
Tuhan berkehendak”
2010
Oleh: Dafikurrahman Mashor
Lahir di Sumenep, 11 Juli 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar