Rabu, 09 Mei 2012

Antologi Puisi Harian Sunyi (Bab I)


Harian Sunyi

Dalam sepi kau cari pintu
Sebelum air hujan turun membasahi matamu
yang sejak tahun kemarin
Tak henti teteskan luka.

Aku disini bagai kawanan tupai
Meloncat pada pohon-pohon kelapa
Mencari sisa air matamu

Sejak kau tinggalkan pada wadah yang tak sempat aku tanya apa namanya

Sekian tahun engkau berbaring disana
Meniti hari yang kau tulis berhati jingga
Warna yang tak bisa ku ibaratkan seperti apa.

Ya. Lantaran hujan itu kau balikkan tanganmu yang mulai keronta
Wajahmu memendam kepedihan pada sisa
Bulan yang sedang gerhana.

Malang, 12 Maret 2012






Kota Negeri

Kota indah dihari itu
Memaksa aku melihat gelap
Pada tepian jalan yang penuh sesak
Orang-orang menengadahkan tangannya kesana ke mari
Membawa kaleng bekas tanpa susu

Anak-anak berlari mengejar asap
Untuk mencium bau kentut knalpot
Duduk bersila terasa kenyang
Perutnya membuncit berisi angin.

Sungguh luka nasibmu negeri
Memandang arah masa depan
Anak cucumu kau hianati
Untuk tangis dan penderitaan.

Malang, Rabu, 14 Maret 2012


Abstrak

Dari dalam tunggku anakmu lahir berwajah durja
Semenjak bulan menjadi ilusi kepergian para roh yang terpenjara
Engkau terdiam tanpa gerak. Dan kadang pula engau tertawa
Tanpa ada tangis duka cita
Semua bagimu adalah bahagia.

Kepergian sang mentari bukan hal yang aneh
Karena tuhanmu tidak lagi satu
Bisa dua atau tiga bahkan seribu

Setiap wajah yang datang kepadamu
Abtrak berbentuk gelap
Padahal mereka itu adalah anakmu.

Malang, 27 Maret 12


Ruang Sempit

Menulis sajak diatas daun kelor
Adalah sukmaku yang bergerak bebas
Menuju musim semi,

Di penghujung jalan sebuah kata berhamburan mengartikan hidup
Yang tak lagi sepi
Seperti angin meruntuhkan daun-daun kering
Kerontang karena panas atau hujan.

Aku terdiam, kemudian terjatuh
Menyaksikan berjuta nafas ingin terus mengungkap alpa beta
Lewat irama atas nama estetika.

Malang, 27 Mar. 12


Sayap Angsa

Sayap angsa terbang di sungai-sungai kota
Malarikan sebutir menir yang direbut dari raja
Untuk sekedar makan dan melepas siksa

Sayap angsa tak terbang lagi di sungai-sungai kota
Karena mereka sedang dipenjara.

Malang, 27 Mar. 12



oleh: Dafikurrahman Mashor
Lahir di Sumenep, 11 juli 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar