Minggu, 06 Mei 2012

Antologi Puisi Hujan Kemarau (Bagian 6)


Do`a Duka

Pada batasan malam yang menjelma menjadi ragaku
Ku ingin tuliskan sebuah puisi sebagai do`a pertama
Di perjumpaan mimpi besama-Mu
Seperti malam yang lama telah ku tinggalkan.

Air mata cinta yang terampas menjadi air mata duka
Kuingin kembali bersama-Mu
“ya Allah...
Bila malam ini adalah kegelapan,
Gelapnya adalah diriku
bila air mataku terjatuh
jatuhnya adalah diriku
bila cintaku telah musnah
musnahnya adalah diriku
bila...
engkau ijinkan aku menangisimu meski tak tau itu tangisan apa?
Aku akan selalu menangis kepada-Mu”

2012


  
Karena Aku Pergi Jauh

Terhanyutlah sebatang kenangan disungai itu
Menari-nari mengejekku dengan membuka celana dalam
Memperlihatkan padaku dubur yang hitam tak ada duanya

2012


Sarang Gelap

Kisah sepasang gelap yang berpacaran dalam tubuhku
Selalu saja tak ada ujungnya.
Bila aku pandang dengan beribu mata warisan Tuhan
Cakrawala itupun  enggan hinggap,
Semasa ibunya kusetubuhi dengan penis si gaja hitam

Ha ha ha...

27. 02. 2012


Merdekakah

Laut api bumi pertiwi...
Laut api bumi pertiwi...
Laut api bumi pertiwi...
Kami singgah di sungai melati
Untuk meredam lara hati.

Kami berharap hujan tak turun di beranda kita
Setelah Janin-janin terbirit memikul dosa
Dan seorang bayi terlahir tanpa kelamin
Lantaran indonesia perkasa dalam rimba

Lalu kapankah Indonesia merdeka?
Semenjak kibaran bendera tertanam pada tiang-tiang teras rumah bangsa
Atau saat pemirantah katakan pada kita
Kita adalah bangsa makmur sentosa.
Bila rakyat berjemur pemerintahnya terus bersila

Setengah abad yang lalu kemerdekaan Indonesia
Raib jadi kenangan.

Malang 2012


Oleh: Dafikurrahman Mashor
Lahir di Sumenep, 11 Juli 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar