Kamis, 03 Mei 2012

Membedah Puisi

Dalam pengkajiannya puisi dapat dikaji dari berbagai macam aspek struktural, jenis-jenis atau ragamnya, dan kesejahterahannya, melihat bahwa setiap kali puisi slalu berkembang dinamis sesuai dengan zamannya. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan inovasi (Teeuw, 1980). Puisi selalu berubah-ubah sesuai denangan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre,1978)
            Maka dari itu sebelum kita melakukan bedah atau pengkajian puisi dan bisa juga disebut analisis puisi kita harus memahami puisi itu apa?. Maskipipun sebenarnya sampai sekarang tidak ada difininisi puisi yang tetap untuk menjadi kesepakatan semua kalangan, namun untuk memahaminxa kita harus mengetahui paling tidak kisi-kisinya sekitar pengertian puisi.
            Saat sekarang sering orang tidak dapat membedakan antara puisi dan prosa, jika hanya melihat sebagai karya tulis, seperti sajak/ puisi Supardi Djoko Damono dan cerpen Eddy D. Iskandar yang berikut ini:
           
AIR SELOKAN
            “Air yang di selokan itu mengalir dari rumah skit”, katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung_ia hampir muntah karena bau sengit itu.
            Dulu di selokan itu menglir pula air yangdigunakanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.
            Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
            +
            Senja itu ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapun- apung di air itu_ alangkah indahnya!” tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut dipermukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.

(Perahu Keras, 1983)

Yang di bawah ini cerpen Eddy D. Iskandar.
           
NAH
            Nah, karena suatu hal, maafkan Bapak datang terlambat. Nah, mudah-mudahan kalian memaklumi akan kesibukan Bapak. Nah, tentang pembangunan masjid ini yang dibiayai oleh kalian bersama, itu sangat besar pahalanya. Nah, Tuhan pasti akan mendatangkan rahmat yang berlimpah ruah. Nah, dengan berdirinya masjid ini, mereka yang melupakan Tuhan, semoga cepat tobat. Nah, sekianlah sambutatan Bapak sebagai sesepuh.
            (Nah, ternyata ucapan suka lain dengan tindakan. Nah, ia sendiri ternyata suka uang kotor dan perempuan. Nah, bukankah ia termasuk melupakan Tuhan? Nah, ketahuan kedoknya)

(Horison, Th. XI 1976)

            Supardi Djoko Damono memaksudkan tulisannya itu sebagai puisi, sedangkan Eddy D. Iskandar sebagagai cerita pendek atau prosa. Bila dilihat bentuk lahirnya, cara penulisannya semuanya sama-sama berbentuk bebas.
            Bahkan karena bentuk lahir atau ciri dan kepenulisannya tidak dapat membedakan prosa dan puisi, maka saat ini niat pengarang dan pembacalah yang menjadi ciri sastra yang yang utama.
            Nah, itu sekilas gambaran tentang inovasi dan difinisi yang bersifat subjektifitas mengenai puisi. bahwasannya karya sastra yang disebut puisi selalu mengalami dinamisasi setiap zaman, karena puisi merupakan karya sasta yang paling tinggi derajatnya. Kalau kita melihat novel, cepen, novelet dan karya-karya sastra lainnya itu semua ada dalam puisi. seandainya satu baris puisi kita urai, mungkin ada yang memakan waktu sampai satu hari. Lantas kalau dua baris, tiga baris, empat baris dan seterusnya akan memakan waktu yang beberapa lama, sementara kalau baca novel paling tidak satu hari, dua hari sampai tiga hari sudah selesai. Apalagi Cuma cerpen, sekali duduk selesai.
Kemudian apakah yang dimaksud dengan membedah puisi? Membedah puisi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan unsur makna dan pesan penyair yang  ingin disampaikan kepada pembaca. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertemukan langsung antara pembaca dan penyair atau pembaca dan pembaca. Tetapi tidak terlepas dari sifat karya sastra yang mempunyai makna relatif atau subjektif sehingga pembaca bebas untuk mengartikannya dengan kemampuan yang dimiliki atau penglamannya.
Membedah puisi dapat dilakukan dengan melihat unsur ekstrinsik dan intrinsik puisi tesebut. Dilihat dari unsur ekstrinsik, kita harus mengetahui pengarang hidupnya dilingkungan bagaimana (sosial politik dan antropologi masyarakat serta juga di daerah pantai, pegunungan, dan dataran biasa), agama dan lain sebagainya. Sedangkan dari unsur intrinsik kita melihat dari kandungan puisi seperti, tema, pencitraan, amanat/ pesan, makna, tipografi, rima, enjebemin, dan lain sebagainya.

Langkah-langkah membedah puisi:
  1. Parafrase puisi
Parafrase puisi adalah bentuk ungkapan pembaca untuk mengenali perasaan/ citraan  puisi yang ingin disampaikan oleh pengarang, dengan sifat subjektif.
  1. Menafsirkan simbol atau lambang serta maknanya
Merupakan pemaknaan yang diungkapkan oleh pengarang dalam bentuk lambang atau simbol dengan tujuan untuk menambah unsur estetik dalam puisi dan menyiratkan makna. Hal ini juga dilakukan untuk pembaca untuk memperkirakan makna puisi seperti harapan pengarang.
  1. Menafsirkan amanat
Amanat adalah sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam puisinya. Dan pembaca secara bebas pula mengartikan amanat yang ingin disampaikan oleh pemgarang.
  1. Gaya bahasa atau majas
Gaya bahasa atau majas merupakan bentuk ungkapan dari bahasa yang diungkapkan seperti perbandingan atau kiasan.
  1. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan penyair sebagai ungkapan perasaanya. Tetapi bukan hanya kata sebagai media ungkapan perasaan dalam puisi, garis, gambar sekarang menjadi media ungkapan perasaan yang disebut dengan puisi.


Oleh: Dafikurrahman Mashor
MALANG_  Selasa, 09:12pm_  20 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar