Dalam pengkajiannya puisi dapat dikaji dari
berbagai macam aspek struktural, jenis-jenis atau ragamnya, dan
kesejahterahannya, melihat bahwa setiap kali puisi slalu berkembang dinamis
sesuai dengan zamannya. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang
selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan inovasi (Teeuw, 1980). Puisi
selalu berubah-ubah sesuai denangan evolusi selera dan perubahan konsep
estetiknya (Riffaterre,1978)
Maka
dari itu sebelum kita melakukan bedah atau pengkajian puisi dan bisa juga disebut
analisis puisi kita harus memahami puisi itu apa?. Maskipipun sebenarnya sampai
sekarang tidak ada difininisi puisi yang tetap untuk menjadi kesepakatan semua
kalangan, namun untuk memahaminxa kita harus mengetahui paling tidak
kisi-kisinya sekitar pengertian puisi.
Saat
sekarang sering orang tidak dapat membedakan antara puisi dan prosa, jika hanya
melihat sebagai karya tulis, seperti sajak/ puisi Supardi Djoko Damono dan
cerpen Eddy D. Iskandar yang berikut ini:
AIR
SELOKAN
“Air yang di selokan itu mengalir
dari rumah skit”, katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau
berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung_ia hampir muntah karena
bau sengit itu.
Dulu di selokan itu menglir pula air
yangdigunakanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk
memandikan mayat di kamar mati.
+
Senja itu ketika dua orang anak
sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding
sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapun- apung di air itu_ alangkah indahnya!”
tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut dipermukaan
air yang anyir baunya itu, sayang sekali.
(Perahu
Keras, 1983)
Yang di bawah ini cerpen Eddy D. Iskandar.
NAH
Nah, karena suatu hal, maafkan Bapak
datang terlambat. Nah, mudah-mudahan kalian memaklumi akan kesibukan Bapak.
Nah, tentang pembangunan masjid ini yang dibiayai oleh kalian bersama, itu
sangat besar pahalanya. Nah, Tuhan pasti akan mendatangkan rahmat yang
berlimpah ruah. Nah, dengan berdirinya masjid ini, mereka yang melupakan Tuhan,
semoga cepat tobat. Nah, sekianlah sambutatan Bapak sebagai sesepuh.
(Nah, ternyata ucapan suka lain
dengan tindakan. Nah, ia sendiri ternyata suka uang kotor dan perempuan. Nah,
bukankah ia termasuk melupakan Tuhan? Nah, ketahuan kedoknya)
(Horison,
Th. XI 1976)
Supardi
Djoko Damono memaksudkan tulisannya itu sebagai puisi, sedangkan Eddy D.
Iskandar sebagagai cerita pendek atau prosa. Bila dilihat bentuk lahirnya, cara
penulisannya semuanya sama-sama berbentuk bebas.
Bahkan
karena bentuk lahir atau ciri dan kepenulisannya tidak dapat membedakan prosa
dan puisi, maka saat ini niat pengarang dan pembacalah yang menjadi ciri sastra
yang yang utama.
Nah,
itu sekilas gambaran tentang inovasi dan difinisi yang bersifat subjektifitas
mengenai puisi. bahwasannya karya sastra yang disebut puisi selalu mengalami
dinamisasi setiap zaman, karena puisi merupakan karya sasta yang paling tinggi
derajatnya. Kalau kita melihat novel, cepen, novelet dan karya-karya sastra
lainnya itu semua ada dalam puisi. seandainya satu baris puisi kita urai,
mungkin ada yang memakan waktu sampai satu hari. Lantas kalau dua baris, tiga
baris, empat baris dan seterusnya akan memakan waktu yang beberapa lama,
sementara kalau baca novel paling tidak satu hari, dua hari sampai tiga hari
sudah selesai. Apalagi Cuma cerpen, sekali duduk selesai.
Kemudian apakah yang
dimaksud dengan membedah puisi? Membedah puisi adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan unsur makna dan pesan penyair yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hal ini
dapat dilakukan dengan mempertemukan langsung antara pembaca dan penyair atau
pembaca dan pembaca. Tetapi tidak terlepas dari sifat karya sastra yang
mempunyai makna relatif atau subjektif sehingga pembaca bebas untuk
mengartikannya dengan kemampuan yang dimiliki atau penglamannya.
Membedah puisi dapat
dilakukan dengan melihat unsur ekstrinsik dan intrinsik puisi tesebut. Dilihat
dari unsur ekstrinsik, kita harus mengetahui pengarang hidupnya dilingkungan
bagaimana (sosial politik dan antropologi masyarakat serta juga di daerah
pantai, pegunungan, dan dataran biasa), agama dan lain sebagainya. Sedangkan
dari unsur intrinsik kita melihat dari kandungan puisi seperti, tema,
pencitraan, amanat/ pesan, makna, tipografi, rima, enjebemin, dan lain
sebagainya.
Langkah-langkah
membedah puisi:
- Parafrase
puisi
Parafrase puisi adalah
bentuk ungkapan pembaca untuk mengenali perasaan/ citraan puisi yang ingin disampaikan oleh pengarang,
dengan sifat subjektif.
- Menafsirkan
simbol atau lambang serta maknanya
Merupakan pemaknaan
yang diungkapkan oleh pengarang dalam bentuk lambang atau simbol dengan tujuan
untuk menambah unsur estetik dalam puisi dan menyiratkan makna. Hal ini juga
dilakukan untuk pembaca untuk memperkirakan makna puisi seperti harapan pengarang.
- Menafsirkan
amanat
Amanat adalah sebuah
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam puisinya. Dan pembaca secara
bebas pula mengartikan amanat yang ingin disampaikan oleh pemgarang.
- Gaya bahasa
atau majas
Gaya bahasa atau majas
merupakan bentuk ungkapan dari bahasa yang diungkapkan seperti perbandingan
atau kiasan.
- Diksi
Diksi adalah pilihan
kata yang digunakan penyair sebagai ungkapan perasaanya. Tetapi bukan hanya
kata sebagai media ungkapan perasaan dalam puisi, garis, gambar sekarang
menjadi media ungkapan perasaan yang disebut dengan puisi.
Oleh: Dafikurrahman Mashor
MALANG_ Selasa, 09:12pm_ 20 Desember 2011
MALANG_ Selasa, 09:12pm_ 20 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar