Sabtu, 26 Januari 2013

ANTOLOGI PUISI HARIAN SUNYI (BAB 8)


Pencuri Gelap

Di antara pergantian tahta malam
Aku memulai pergi ke lemba-lemba
Sebuah durja akan kumulai pada garis gelap
Dan tanganku menggegam angka-angka satu di mata mereka

Ya. Malam ini terasa gelap

Malang_ Kamis, 19 April 2012



Statis

Melupakan hembusan angin dari tenggara
Sunyi pagi ini membawa segenap lara

Terdiamlah...

Malang_ Jumat, 20 April 2012


Deklamasi

Ruas-ruas sore melahirkan mega
Di antara berjuta telaga yang ku pantulkan dengan durja
Desaku hilang ditelan musang
Mataku terpejam.

Kemudian aku akan hilang ditelan malam
Masa suram tak pantas aku telan
Negeriku tak ubah seperti ikan.

Sering aku dengar para gelandangan berdeklamasi
Naik keatas gunung
Lalu mereka jatuhkan diri

Malang_ Jumat, 20 April 2012


Sepasang Bulu Merpati Terbang Diatas Dahiku
Putih Kenangan Pada Juwita

Perkenankan aku pandang wajahmu

Malang_ Jumat, 20 April 2012


Semburat Tanya Di Altar Lemari

Jauh langit untuk terbang
Menapaki lembaran kata yang ku eja
Alfa beta...
Terlahir anak durja
Dengan luka tanpa dara

Aku bersemayam di laut kota

Malang_ Jumat, 20 April 2012


Perempuan

Seseorang yang selalu duduk di depan teras rumahnya itu kau tau namanya?
(aku juga tak tahu)
Sarung sutra melilit dari pinggangnya
Suaranya tak semerdu musim lalu
(Karena sekarang dia sudah tua)

Dulu dia adalah seorang penyanyi merangkap bupati
Tak lama ketahuan korupsi
Dengan terpaksa ditangkap oleh polisi
Tapi anehnya selama tiga hari dia lolos dari penjara
Dan kawin dengan polisi.

Malang_ Jumat, 20 April 2012 

Dialog Negeri

Bibir-bibir perawanku tak semerah abad lalu
Semasa tamu negeri kau biarkan masuk ke rumahmu
Lalu kau jadikan dia tuhan-tuhan

Malang_ Jumat, 20 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar