Kematian
Dewa
Menulis aksara sajak kematian
Pada sudut gelap yang menghilangkan bayang-bayang
Aku terpaku pada sehelai sorban sang kiayi
Datang kepadaku
Mengajarkan beribu makna gerak surga
Sajak telaga menghilangkan buritan angin
Hingga musim kemarau kembali lagi
Di epesode yang kesekian kalinya
Apakah kita harus telanjang sebagai manusia
Lalu berdoa dan memuja seperti sedia kala
Ketika zaman dewa-dewa
Rasanya aku tak rela kembali lagi sebagai penganut
animisme
Di penghujung dasar beranda kitapun menembang lagu
kasmaran:
“ingsun amimitia muji
Anebbut asma yang sukma
Rahman muradun nyakabi
Rahem aseh ing ahera
Eng sakihi kang amaca
La ila ha illahu
Muhammadur rasulullah”
Tapi bukanlah kematian para dewa
Di dadaku raib dan meraka,
Katakanlah yang sebenarnya.
Malang_ Rabu, 11 April 2012